2/22/2015

Dampak Asap Rokok terhadap Kesehatan Anak

Image result for bahaya rokokMerokok sudah menjadi hal biasa di masyarakat Indonesia. Rokok dijual murah dan bebas di toko-toko sehingga hal tersebut mempermudah masyarakat untuk mengkonsumsi rokok. Pabrik rokok di Indonesia sudah semakin menjamur membuat distribusi rokok meluas. Iklan rokok yang provokatif beredar di media elektronik, media cetak, bahkan di media luar ruang memicu remaja dan anak-anak untuk tidak merokok.
Para pria remaja dan dewasa merupakan perokok aktif tertinggi di Indonesia. Berdasarkan data Global Adult Tobaco Survey tahun 2011 (Detiknews, 2 Februari 2014), Indonesia memiliki prevalensi perokok aktif tertinggi sebanyaknya 36,1 persen orang dewasa dan 67 persen pria remaja. Semakin banyaknya orang yang menjadi perokok aktif, semakin sering orang lain menjadi menjadi perokok pasif, termasuk anak-anak. Sebagian besar pria dewasa adalah bapak dari beberapa anak yang akan menjadi perokok pasif.
Perilaku merokok orang dewasa bisa menjadi pemicu anak untuk menjadi perokok aktif juga karena karakteristik anak yang suka meniru dan mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi. Menurut tinjauan dari KPAI (2008), Survey Ekonomi Nasional Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan terjadinya peningkatan jumlah perokok yang mulai merokok pada usia di bawah usia 19 tahun, dari 69 % pada tahun 2001 menjadi 78 % pada tahun 2004. Survey ini juga menunjukkan trend usia inisiasi merokok menjadi semakin dini, yakni usia 5-9 tahun. Perokok yang mulai merokok pada usia 5-9 tahun mengalami peningkatan yang paling signifikan, dari 0,4 % pada tahun 2001 menjadi 1,8 % pada tahun 2004. Beberapa tahun terakhir ini, pemberitaan tentang anak di bawah umur merokok telah banyak disiarkan. Kasus video merokok anak berinisial SW dari Surabaya yang berusia 4 tahun beredar di Youtube, namun sekarang video tersebut telah diblokir. Ada lagi anak usia 6 tahun di Jambi yang sudah menjadi perokok aktif.
Detikhealth (24 Maret 2014) memberitakan bahwa seorang pria mantan perokok berat kehilangan anak yang berusia 1 tahun karena radang paru-paru akut (pneumonia). Padahal pria tersebut selalu merokok di luar rumah. Ternyata bekas asap rokok masih menempel di baju pria tersebut dan dihirup oleh anaknya. Asap rokok yang menempel juga masih berdampak negatif pada anak. Merokok di luar rumah juga tidak menjadi jaminan untuk menjauhkan anak dari efek asap rokok.
Penelitian mengenai dampak asap rokok terhadap anak telah banyak dilakukan. Hasil penelitian juga menyatakan bahwa asap rokok berdampak buruk bagi kesehatan anak. Dampak yang ditimbulkan bisa dalam jangka pendek dan jangka panjang, mulai dari sekedar batuk-batuk sampai kematian. Masalah rokok merupakan masalah yang kompleks sehingga dampak rokok bisa dihindari dengan kerjasama dari berbagai pihak. Namun, yang terpenting adalah peran dari orang tua dan masyarakat dalam menciptakan lingkungan yang sehat.

Pengertian Asap Rokok
Menurut Tim Penulis Poltekkes Depkes Jakarta I (2010), asap yang dihembuskan para perokok dapat dibagi menjadi atas asap utama (mainstream) dan asap sampingan (sidestream).

  1. Asap utama (mainstream) adalah asap tembakau yang dihirup langsung oleh perokok aktif (first hand smoker). Sebenarnya, seseorang yang merokok itu menghisap asap rokok yang ia bakar sendiri.
  2. Asap sampingan (sidestream) adalah asap tembakau yang disebarkan ke udara, yang dihirup oleh orang lain atau perokok pasif (second hand smoker). Asap sampingan memiliki konsentrasi lebih tinggi karena tidak melalui proses penyaringan yang cukup sehingga penghirup asap sampingan (perokok pasif) memiliki resiko yang lebih tinggi untuk menderita gangguan kesehatan akibat rokok, apalagi jika dihirup oleh anak-anak.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Lawrence Berkeley national Laboratory (Detik Health, 18 Maret 2014), ada juga asap yang tidak terlihat oleh kasat mata, yaitu asap rokok yang menempel dan meninggalkan bahan kimia atau residu di baju, atap, sofa, gorden, dan tempat lain di dalam rumah. Jika merokok di luar ruangan atau perokok pasif terpapar asap rokok, asap rokok bisa menempel di baju dan kulit. Jika merokok di dalam ruangan, residu bisa menempel di gorden, sofa, atap, bahkan mainan anak. Orang yang menghisap asap rokok ini dinamakan dengan third hand smoker.
Kandungan Asap Rokok
Asap rokok mengandung ribuan zat kimia, atau komponen asap yang juga disebut sebagai emisi asap. Komponen asap yang paling luas dikenal adalah tar, nikotin, karbon monoksida (CO). Selain zat-zat ini, hingga saat ini lebih dari 7000 zat kimia telah diketahui terkandung dalam asap rokok. Dinas Kesehatan Masyarakat telah menggolongkan sekitar 70 komponen asap sebagai kemungkinan penyebab penyakit yang terkait dengan merokok, seperti kanker paru, penyakit jantung, dan emfisema (www.sampoerna.com).
Berikut rangkuman penjelasan komponen asap yang bersumber dari www.sampoerna.com dan U.Z. Mikdar (2006).
  1. Tar
Tar bukanlah komponen asap yang spesifik, melainkan mengacu kepada partikel-partikel asap yang terukur dalam metode pengujian mesin. Partikel-partikel ini terbuat dari banyak komponen asap, termasuk beberapa komponen yang diyakini oleh otoritas kesehatan masyarakat sebagai kemungkinan penyebab penyakit terkait-merokok seperti kanker paru. Tar bersifat karsinogenik atau zat kimia yang menimbulkan kanker.
  1. Nikotin
Nikotin adalah zat kimia yang terkandung secara alami dalam tanaman tembakau. Apabila tembakau dibakar, nikotin berpindah ke dalam asap. Nikotin dikenal oleh otoritas kesehatan masyarakat sebagai zat yang menimbulkan kecanduan dalam asap tembakau. Partikel nikotin bersifat adiktif yang dapat meningkatkan penyempitan pembuluh darah koroner dan dapat menyebabkan jantung berdebar-debar.
  1. Karbon Monoksida (CO)
Karbon monoksida adalah gas yang terbentuk dalam asap rokok. Gas CO mengganggu pengangkutan oksigen ke jaringan tubuh dalam sistem peredaran darah. Karbon monoksida dikenal sebagai penyebab utama penyakit kardiovaskuler (penyakit jantung) pada perokok.
  1. Komponen asap lainnya
Ribuan komponen asap lainnya telah diketahui terkandung dalam asap rokok. Selain nikotin dan karbon monoksida, otoritas kesehatan masyarakat telah menggolongkan sekitar 70 di antaranya sebagai kemungkinan penyebab penyakit terkait-merokok. Sebagian dari komponen ini adalah arsenik, benzena, benzo[a]pirena, logam berat (timbel, kadmium), hidrogen sianida, dan nitrosamina khusus tembakau. Menurut U.Z. Mikdar (2006), komponen lain dari asap rokok yang bersifat karsinogenik, yaitu partikel fenol, partikel hydrazin, partikel toluene, gas nitrosamina, dan gas formaldehyde. Sedangkan komponen asap rokok yang bersifat racun, yakni partikel naftalene, partikel benzopyrene, gas NO2, gas formaldehyde, gas amonia, gas methana, dan gas HCN.
Dampak Buruk Asap Rokok terhadap Kesehatan Anak
Anak beresiko yang lebih tinggi untuk terkena dampak buruk dari asap rokok dibandingkan dengan orang dewasa. Anak mempunyai sistem imun dan alat pernafasan yang masih berkembang dan rentan terhadap berbagai penyakit. Saluran pernafasan dan paru-paru yang kecil membuat anak lebih sering bernafas sehingga lebih sering menghirup asap rokok. Anak-anak telah menjadi perokok pasif dan third hand smoker dikarenakan anggota keluarga anak yang merupakan perokok aktif dan atau lingkungan rumah yang tidak sehat, yaitu banyak perokok aktif.
Akhir-akhir ini, Indonesia dikagetkan dengan anak usia dini yang sudah menjadi perokok aktif bahkan menjadi perokok berat. Tak lain, penyebab adalah orang tua atau orang di lingkungannya adalah perokok pula. Anak yang merupakan peniru ulung dan mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi mulai mencoba merokok dan ketagihan.
Perokok aktif maupun perokok pasif sama-sama beresiko tinggi untuk terserang berbagai penyakit. Dampak dari asap rokok pun bisa jangka pendek dan jangka panjang. Toho Cholik dan Rusli Lutan (1997) menyatakan dampak jangka pendek dari menghirup asap rokok, yakni menderita batuk, mata pedas, kepala pusing, dan masalah dalam pernafasan hidung. Begitu juga jika anak terpapar asap rokok (perokok pasif), anak akan menderita batuk-batuk, mata pedas, dan kepala pusing pula. Jika anak terpapar lebih banyak asap rokok, anak bisa menderita gangguan dalam pernafasan hidung. Menurut U.Z. Mikdar (2006), merokok dalam rumah merupakan faktor sindrom kematian mendadak pada bayi.
Dampak jangka panjang dari asap rokok ini yang lebih membahayakan karena asap rokok yang dihirup akan menumpuk di dalam tubuh dan menyebabkan seseorang menderita penyakit yang sangat mematikan. Berikut dampak jangka panjang rokok bagi anak.
  1. Gigi keropos
Penelitian yang diterbitkan dalam Journal of the American Dental Association menemukan kaitan antara perokok pasif dengan keropos pada gigi susu anak. Artinya, paparan asap rokok membuat gigi susu anak rentan keropos. Hal tersebut terjadi karena dipengaruhi oleh mikrobiota pada mulut, penurunan tingkat vitamin C, penurunan fungsi sistem kekebalan tubuh, serta produksi saliva yang penting bagi kesehatan mulut (www.merdeka.com).

  1. Infeksi telinga
Sebuah studi yang diterbitkan di Archives of Pediatric and Adolescent Medicine menambahkan risiko baru dari asap rokok, yakni infeksi  telinga pada anak yang terpapar asap rokok. Studi pada orang tua perokok menemukan, anak-anak mereka 1,5 kali lebih mungkin mendapatkan infeksi telinga tengah. Terutama anak dari ibu yang perokok, dua kali lipat memiliki risiko infekis telinga tengah (www.ayahbunda.com). Sampoerna menyatakan dalam artikel di situs www.sampoerna.com, asap rokok sekunder menyebabkan otitis media atau infeksi telinga tengah.
  1. ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut)
U.Z. Mikdar (2006) menyatakan bahwa perokok pasif dapat menyebabkan pneumonia, bronchitis, batuk-batuk, sesak nafas, serta penyakit telinga pada anak kecil. Tim Penulis Poltekkes Depkes Jakarta I (2010) juga menambahkan bahwa anak-anak yang orang tuanya merokok akan mengalami batuk, pilek, dan radang tenggorokan serta penyakit paru-paru yang lebih tinggi. Berdasarkan penelitian dari Sugihartono dan Nurjazuli (2012), balita yang tinggal serumah dengan anggota keluarga yang merokok beresiko 5,743 kali lebih besar menderita pneumonia dibanding dengan balita yang serumah dengan anggota keluarga yang tidak merokok. Penelitian tersebut menyebutkan penelitian Heriyana dkk (2005) juga membuktikan bahwa bayi yang tinggal di dalam rumah dengan anggota keluarga merokok mempunyai resiko pneumonia 2,348 kali lebih besar dibanding bayi yang tinggal di dalam rumah yang tidak ada anggota keluarga yang merokok. Bayi dan anak balita mempunyai risiko yang lebih besar karena paru-paru bayi dan anak balita lebih kecil dibanding orang dewasa, sistem kekebalan tubuh mereka belum terbangun sempurna, akibatnya lebih mudah terkena radang paru-paru.
  1. Asma
U.Z. Mikdar (2006) menyatakan bahwa perokok pasif dapat menyebabkan dapat memperparah asma. Laporan dari ASH Research Report (2011) menyatakan bahwa anak dari keluarga perokok memiliki resiko dua kali lebih besar menderita asma dibanding anak dari keluarga tidak perokok. Penelitian dari Ratih Oemiyati dan Qomariah Alwi (2009), faktor lingkungan yang paling besar pengaruhnya terhadap asma adalah adalah asap rokok.
  1. Penebalan dinding pembuluh darah
European Heart Journal (2014) merilis sejumlah peneliti dari Tasmania, Australia, dan Finlandia mendapati bahwa asap rokok yang dihirup anak bisa mengakibatkan kerusakan permanen pada arteri anak. Kerusakan yang terjadi berupa penebalan dinding pembuluh darah yang akan meningkatkan resiko serangan jantung dan stroke di kemudian hari (www.bbc.co.uk).
  1. Penyakit pembuluh darah perifer (PPDP)
Akibat penggumpalan (trombosis) dan pengapuran dinding pembuluh darah (aterosklerosis), merokok jelas akan merusak pembuluh darah perifer. PPDP yang melibatkan pembuluh darah arteri dan vena di tungkai bawah atau tangan sering ditemukan pada dewasa muda perokok berat, biasanya akan berakhir dengan amputasi (Tim Penulis Poltekkes Depkes Jakarta I, 2010).
  1. Berbagai kanker
Anak perokok pasif mempunyai resiko 3 kali lebih besar menderita kanker paru-paru di kemudian hari dibanding anak yang hidup di lingkungan bebas asap rokok. The British Medical Association menemukan bahwa perokok pasif menyebabkan kanker pada anak (khususnya kanker otak dan limpoma) dan meningitis. Penelitian di Swedia menemukan orang tua perokok meningkatkan resiko anak menderita beberapa jenis kanker, seperti kanker paru-paru, aerodigestive cancer (bibir, mulut, lidah, hidung, tenggorokan, pita suara, dan bagian dari esopagus dan batang tenggorokan) (ASH Research Report, 2011).
  1. Emfisema
Emfisema adalah gangguan paru-paru kronis yang dapat menyebabkan kematian. Menurut ASH Research Report (2011), anak yang menjadi perokok pasif akan menderita emfisema ketika dewasa. Penemuan menyatakan bahwa paru-paru tidak bisa menyembuhkan kembali secara sempurna efek dari paparan asap rokok ketika masih anak.
  1. Penyakit jantung dan stroke
Merokok menjadi faktor utama penyebab penyakit jantung. Resiko terjadinya penyakit jantung koroner meningkat 2-4 kali pada perokok aktif dibanding yang bukan perokok. Resiko ini meningkat dengan bertambahnya usia dan jumlah rokok yang dihisap. Penelitian menunjukkan bahwa faktor resiko merokok bekerja secara sinergis dengan faktor-faktor lain seperti hipertensi dan kadar lemak dalam gula darah yang tinggi tercetusnya penyakit jantung koroner. Penyumbatan pembuluh darah otak yang bersifat mendadak atau stroke banyak dikaitkan dengan merokok. Resiko stroke dan kematian lebih tinggi pada perokok dibanding dengan yang bukan perokok. Anak di bawah umur yang perokok pasif bisa jadi akan menderita penyakit jantung dan stroke ketika ia remaja atau dewasa awal (Tim Penulis Poltekkes Depkes Jakarta I, 2010).

Cara meminimalisir dampak buruk asap rokok terhadap kesehatan anak
Masalah mengenai rokok merupakan masalah yang sangat kompleks. Banyak pihak yang terlibat jika ingin meminimalisir dampak buruk asap rokok terhadap kesehatan anak. Namun, yang terpenting adalah peran dari orang tua dan lingkungan sekitar rumah dalam menciptakan lingkungan sehat agar anak tumbuh sehat pula.
Berikut hal yang bisa dilakukan oleh orang tua.
  1. Berhenti merokok
Jika salah satu dari orang tua atau kedua orang tua merokok, sebaiknya mulai membiasakan diri untuk tidak merokok lagi. Orang tua sebaiknya paham akan bahayanya rokok dan asapnya. Anak yang melihat orang tua merokok akan cenderung meniru perilaku orang tuanya yang merokok karena anak ingin tahu apa yang dilakukan orang tuanya. Untuk berhenti merokok pelan-pelan bisa dengan menunda menghisap asap rokok pertama setiap hari sebelumny dan selama 7 hari berturut-turut. Bisa juga dengan mengurangi jumlah rokok yang dihisap.
  1. Buat rumah bebas dari asap rokok
Asap rokok masih akan menempel di baju bahkan jika orang tua merokok di luar rumah. Jika memang tidak bisa berhenti merokok, merokok jauh di luar rumah. Sebelum memegang anak sebaiknya mandi dan berganti baju. Apalagi jika merokok di dalam rumah, anak akan menjadi perokok pasif dan residu rokok akan menempel di berbagai sudut rumah. Akan lebih berbahaya jika residu menempel pada mainan anak. Jika ada anggota keluarga yang ingin merokok, beritahu tentang aturan di dalam rumah untuk tidak merokok sebelumnya.
Berikut yang bisa dilakukan oleh lingkungan sekitar.
  1. Bekerjasama untuk membuat Kawasan Tanpa Rokok (KTR)
Antar anggota masyarakat sebaiknya sepakat untuk membuat Kawasan Tanpa Rokok (KTR) agar anak-anak yang tinggal di lingkungan tersebut tumbuh dengan sehat. Kawasan Tanpa Rokok adalah ruang atau area yang dinyatakan dilarang untuk kegiatan produksi, penjualan, iklan, promosi dan atau penggunaan rokok. Masyarakat harus membuat aturan yang tegas jika ada yang melanggar perlu sanksi, saling mengingatkan, dan konsisten untuk melaksanakan KTR ini.
  1. Tanam pohon dan tanaman hias
Bisa juga dengan kegiatan menanam pohon dan tanaman hias agar udara di lingkungan semakin bersih. Asap rokok dan asap kendaraan bermotor bisa diserap oleh pohon dan diganti dengan udara yang bersih.

Kesimpulan
Asap rokok dibagi menjadi dua, yaitu asap utama (mainstream) dan asap sampingan (sidestream). Kandungan dalam asap rokok, yakni tar, nikotin, karbon monoksida, dan komponen asap lain yang bersifat karsinogen dan beracun. Dampak jangka pendek terpapar asap rokok adalah batuk-batuk, mata pedas, kepala pusing, dan masalah dalam pernafasan hidung. Sedangkan, dampak jangka panjang terpapar asap rokok pada anak antara lain gigi keropos, infeksi telinga, ISPA, asma, penebalan dinding pembuluh darah, penyakit pembuluh darah perifer (PPDP), emfisema, penyakit jantung dan stroke. Merokok dalam rumah juga merupakan faktor sindrom kematian mendadak pada bayi. Kesadaran diri dari orang tua dan masyarakat tentang bahayanya rokok merupakan hal yang diperlukan untuk menciptakan lingkungan tumbuh anak-anak bangsa yang bersih dan bebas dari asap rokok.

0 comments:

Post a Comment