1/31/2015

Sambut MEA, Fokus Pendidikan Vokasi



LAMONGAN – Menghadapi penerapan pasar bebas Asia Tenggara melalui Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) tidak ada pilihan lain kecuali meningkatkan daya saing SDM melalui pendidikan. Hal tersebut ditandaskan Sekkab Lamongan Yuhronur Efendi saat membuka Seminar Perencanaan Pembangunan Bidang Pendidikan di Ruang Sabha Dyaksa, Senin (22/12).

Dikatakan Yuhronur Efendi, salah satu negara di ASEAN yang maju, yakni Singapura, bisa melesat bukan karena keunggulan sumber daya alam (SDA). Namun karena memiliki SDM yang berdaya saing tinggi.

Sementara Indonesia, begitu juga Lamongan yang memiliki SDA tinggi, masih tertinggal dari Singapura. “Pendidikan ini menjadi kunci penting untuk meningkatkan daya saing kita jelang pelaksanaan MEA tahun depan, “ ujarnya.

Disebutkan olehnya, saat MEA nanti diberlakukan, bakal memungkinkan semakin mudahnya setiap negara di ASEAN menjual barang dan jasanya di ASEAN. Bukan hanya barang dan jasa, Indonesia juga akan dibanjiri tenaga kerja professional asing jika kita tidak siap.

Menurut Yuhronur Efendi, peningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Lamongan sudah berada di jalur yang benar. Yakni terus naik dari hanya 68,33 di tahun 2008 menjadi 71,81 di tahuhn 2013.

“IPM Lamongan sudah diatas Bojonegoro dan Tuban. Dengan faktor pengungkit utama pengungkit IPM Lamongan di tahun 2013 adalah indeks pendidikan yang mencapai 76,70. Nmaun masih ada beberapa komponen pendidikan yang masih perlu perhatian bersama, “ pesan dia.

Yuhronur berharap ada perluasan akses pendidikan bagi semua sehingga angka rata-rata lama sekolah yang masih 7,69 tahun bisa naik lagi. Juga terkait angka melek aksara yang berada di angka 88,80 persen.

Terkait hal ini, ditambahkan oleh Kepala Badan pusat Statistik Lamongan Lutfin Fana, angka rata-rata lama sekolah tertinggi adalah Kota Malang yang mencapai 10,98 tahun. Dan angka melek aksara tertinggi Kota Surabaya di angka 98,62 persen.

“Sampai saat ini tidak ada satupun negara di dunia yang berani mengklaim bebas buta aksara. Di Lamongan, buta aksara sebagian besar berumur 45 tahun ketas, penyandang cacat, akses terbatas pada media tulis dan keterbatasan akses informasi, “ urai dia

0 comments:

Post a Comment