Dr. Anies Rasyid Baswedan, Ph.D, (lahir di Kuningan, Jawa
Barat, 7 Mei 1969; umur 45 tahun adalah Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia ke-26. Ia adalah seorang intelektual dan akademisi asal
Indonesia. Cucu dari pejuang kemerdekaan Abdurrahman Baswedan, ia menginisiasi
gerakan Indonesia Mengajar dan menjadi rektor termuda yang pernah dilantik oleh
sebuah perguruan tinggi di Indonesia pada tahun 2007, saat menjadi rektor
Universitas Paramadina pada usia 38 tahun.
Menjelang pemilihan umum presiden Indonesia 2014, ia ikut
mencalonkan diri menjadi calon presiden lewat konvensi Partai Demokrat.
Anies dilahirkan di Kuningan, Jawa Barat pada tanggal 7 Mei
1969 dari pasangan Rasyid Baswedan dan Aliyah Rasyid. Anies mulai mengenyam
bangku pendidikan pada usia 5 tahun. Saat itu, ia bersekolah di TK Masjid
Syuhada. Menginjak usia enam tahun, Anies masuk ke SD Laboratori, Yogyakarta.
Dalam
berbagai kesempatan, Anies Baswedan selalu mengatakan ada tiga hal yang ia
jadikan pedoman dalam memilih karier. Apakah secara intelektual dapat tumbuh,
apakah masih dapat menjalankan tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga,
apakah mempunyai pengaruh sosial.
Peneliti Pusat Antar-Universitas Studi Ekonomi UGM
Selesai
program Strata 1 (S1) di Fakultas Ekonomi UGM, Anies Baswedan sempat berkarier
sebagai peneliti dan koordinator proyek di Pusat Antar-Universitas Studi
Ekonomi UGM. Kariernya di sana tak berlangsung lama, sebab pada 1996 ia
mendapatkan beasiswa program master ke Amerika Serikat.
Manajer Riset IPC, Inc, Chicago
Selesai
mengambil kuliah doktor pada 2004, karena tidak memiliki uang untuk kembali ke
tanah air, Anies sempat bekerja sebagai manajer riset di IPC, Inc. Chicago,
sebuah asosiasi perusahaan elektronik sedunia.
Kemitraan Untuk Reformasi Tata Kelola Pemerintahan
Ia kemudian
bergabung dengan Kemitraan untuk Reformasi Tata Kelola Pemerintahan sebuah
lembaga non-profit yang berfokus pada reformasi birokrasi di beragam wilayah di
Indonesia dengan menekankan kerjasama antara pemerintah dengan sektor sipil.
Hal ini tentu saja tak lepas dari kepeduliannya terhadap demokrasi, otonomi
daerah dan desentralisasi seperti tertuang dalam disertasi dan
artikel-artikelnya di beragam jurnal dan media.
Direktur Riset Indonesian Institute Center
Ia kemudian
menjadi direktur riset The Indonesian Institute. Ini merupakan lembaga
penelitian kebijakan publik yang didirikan pada Oktober 2004 oleh aktivis dan
intelektual muda yang dinamis. Kariernya di The Indonesian Institute tentu tak
lepas dari latar belakang pendidikannya di bidang kebijakan publik.
Rrektor Universitas Paramadina
Pada 15 Mei 2007, Anies Baswedan menemui momen penting dalam
kariernya. Ia dilantik menjadi Rektor Universitas Paramadina, menggantikan
posisi yang dulu ditempati oleh cendekiawan Muslim, Nurcholish Madjid atau
biasa disapa dengan Cak Nur, yang juga merupakan pendiri universitas tersebut.
Dilantiknya Anies menjadi rektor membuatnya tercatat sebagai rektor termuda di
Indonesia, dimana saat itu usianya baru menginjak 38 tahun.[13][14] Anies
terkesan dengan pidato Joseph Nye, Dekan Kennedy School of Government di
Harvard University, yang mengatakan salah satu keberhasilan universitasnya
adalah “admit only the best” alias hanya menerima yang terbaik. Dari sinilah
Anies kemudian menggagas rekrutmen anak-anak terbaik Indonesia. Strategi yang
kemudian dikembangkan Anies Baswedan adalah mencanangkan Paramadina Fellowship
atau beasiswa Paramadina. Beasiswa itu meliputi biaya kuliah, buku, dan biaya
hidup. Paramadina Fellowship adalah perwujudan idealisme dengan bahasa bisnis.
Hal ini dilakukan karena kesadaran bahwa dunia pendidikan dan bisnis memiliki
pendekatan yang berbeda. Untuk mewujudkan itu Anies mengadopsi konsep penamaan
mahasiswa yang sudah lulus seperti yang biasa digunakan di banyak Universitas di
Amerika Utara dan Eropa. Caranya, titel seorang lulusan universitas tersebut
mencantumkan nama sponsornya. Misalnya jika seorang mahasiswa mendapatkan dana
dari Mien R. Uno (seorang pendonor) maka mahasiswa tersebut diwajibkan
menggunakan titel Paramadina Mien R. Uno fellow. Strategi Paramadina Fellowship
ini menunjukkan dampak yang sangat positif. Kini bahkan 25% dari sekitar 2000
mahasiswa Universitas Paramadina berasal dari beasiswa ini. Tentu ini
sumbangsih penting bagi dunia pendidikan Indonesia di tengah mahalnya biayanya
pendidikan tinggi. Gebrakan lain yang dilakukan oleh Anies Baswedan di
universitas yang ia pimpin adalah pengajaran anti korupsi di bangku kuliah. Hal
ini didasari karena Anies menganggap bahwa salah satu persoalan bangsa ini
adalah praktek korupsi. Karena itu ia berinisiatif membuat mata kuliah wajib
anti korupsi. Yang diajarkan dalam mata kuliah ini mulai kerangka teoritis
sampai laporan investigatif tentang praktik korupsi.
Ketua Yayasan Gerakan Indonesia Mengajar
Gagasan ini
sebenarnya berawal ketika Anies Baswedan masih menjadi mahasiswa UGM sekitar
dekade 1990-an. Pada masa itu, ia bergaul dan belajar banyak dari seorang
mantan rektor UGM periode 1986-1990: Prof. Dr. Koesnadi Hardjasoemantri (Pak
Koes). Pada tahun 1950an, Pak Koes menginisiasi sebuah program bernama
Pengerahan Tenaga Mahasiswa (PTM), yakni sebuah program untuk mengisi
kekurangan guru SMA di daerah, khususnya di luar Jawa. Dalam beberapa kasus,
PTM ini justru mendirikan SMA baru dan pertama di sebuah kota kabupaten. Pak
Koes adalah inisiator sekaligus salah satu dari 8 orang yang menjadi angkatan
pertama PTM ini. Dia berangkat ke Kupang dan bekerja di sana selama beberapa
tahun. Sepulangnya dari Kupang, ia mengajak serta 3 siswa paling cerdas untuk
kuliah di UGM. Salah satunya adalah Adrianus Mooy yang di kemudian hari
menjadi Gubernur Bank Indonesia. Cerita
penuh nilai dari PTM inilah salah satu sumber inspirasi bagi Indonesia
Mengajar.
Selepas dari
UGM, Anies Baswedan mendapat beasiswa untuk melanjutkan kuliah di Amerika
Serikat. Tinggal, belajar dan bekerja di sana membuatnya memahami bahwa
anak-anak Indonesia membutuhkan kompetensi kelas dunia untuk bersaing di
lingkungan global. Tetapi, kompetensi kelas dunia saja tak cukup. Anak-anak
muda Indonesia harus punya pemahaman empatik yang mendalam seperti akar rumput
meresapi tanah tempatnya hidup. Semua proses di atas, secara perlahan membentuk
ide besar Gerakan Indonesia Mengajar. Konstruksi dasarnya mulai terumuskan pada
pertengahan 2009. Ketika itu, Anies mendiskusikan dan menguji idenya pada
berbagai pihak. Gagasan ini kemudian siap mewujud ketika beberapa pihak
berkenan menjadi sponsor. Proses untuk mendesain dan mengembangkan konsep
Indonesia Mengajar pun dimulai pada akhir 2009, dengan membentuk tim kecil yang
kemudian berkembang hingga menjadi organisasi seperti sekarang ini. Sampai saat
ini pun, Anies Baswedan merupakan salah satu pendiri dan juga Ketua Yayasan
Gerakan Indonesia Mengajar.
0 comments:
Post a Comment