Merokok sudah menjadi hal biasa di masyarakat Indonesia. Rokok dijual
murah dan bebas di toko-toko sehingga hal tersebut mempermudah
masyarakat untuk mengkonsumsi rokok. Pabrik rokok di Indonesia sudah
semakin menjamur membuat distribusi rokok meluas. Iklan rokok yang
provokatif beredar di media elektronik, media cetak, bahkan di media
luar ruang memicu remaja dan anak-anak untuk tidak merokok.
Para pria remaja dan dewasa merupakan perokok aktif tertinggi di Indonesia. Berdasarkan data Global Adult Tobaco Survey
tahun 2011 (Detiknews, 2 Februari 2014), Indonesia memiliki prevalensi
perokok aktif tertinggi sebanyaknya 36,1 persen orang dewasa dan 67
persen pria remaja. Semakin banyaknya orang yang menjadi perokok aktif,
semakin sering orang lain menjadi menjadi perokok pasif, termasuk
anak-anak. Sebagian besar pria dewasa adalah bapak dari beberapa anak
yang akan menjadi perokok pasif.
Perilaku merokok orang dewasa bisa menjadi pemicu anak untuk menjadi
perokok aktif juga karena karakteristik anak yang suka meniru dan
mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi. Menurut tinjauan dari KPAI
(2008), Survey Ekonomi Nasional Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan
terjadinya peningkatan jumlah perokok yang mulai merokok pada usia di
bawah usia 19 tahun, dari 69 % pada tahun 2001 menjadi 78 % pada tahun
2004. Survey ini juga menunjukkan trend usia inisiasi merokok menjadi
semakin dini, yakni usia 5-9 tahun. Perokok yang mulai merokok pada usia
5-9 tahun mengalami peningkatan yang paling signifikan, dari 0,4 % pada
tahun 2001 menjadi 1,8 % pada tahun 2004. Beberapa tahun terakhir ini,
pemberitaan tentang anak di bawah umur merokok telah banyak disiarkan.
Kasus video merokok anak berinisial SW dari Surabaya yang berusia 4
tahun beredar di Youtube, namun sekarang video tersebut telah diblokir.
Ada lagi anak usia 6 tahun di Jambi yang sudah menjadi perokok aktif.
Detikhealth (24 Maret 2014) memberitakan bahwa seorang pria mantan
perokok berat kehilangan anak yang berusia 1 tahun karena radang
paru-paru akut (pneumonia). Padahal pria tersebut selalu merokok di luar
rumah. Ternyata bekas asap rokok masih menempel di baju pria tersebut
dan dihirup oleh anaknya. Asap rokok yang menempel juga masih berdampak
negatif pada anak. Merokok di luar rumah juga tidak menjadi jaminan
untuk menjauhkan anak dari efek asap rokok.
Penelitian mengenai dampak asap rokok terhadap anak telah banyak
dilakukan. Hasil penelitian juga menyatakan bahwa asap rokok berdampak
buruk bagi kesehatan anak. Dampak yang ditimbulkan bisa dalam jangka
pendek dan jangka panjang, mulai dari sekedar batuk-batuk sampai
kematian. Masalah rokok merupakan masalah yang kompleks sehingga dampak
rokok bisa dihindari dengan kerjasama dari berbagai pihak. Namun, yang
terpenting adalah peran dari orang tua dan masyarakat dalam menciptakan
lingkungan yang sehat.
Pengertian Asap Rokok
Menurut Tim Penulis Poltekkes Depkes Jakarta I (2010), asap yang dihembuskan para perokok dapat dibagi menjadi atas asap utama (mainstream) dan asap sampingan (sidestream).
- Asap utama (mainstream) adalah asap tembakau yang dihirup langsung oleh perokok aktif (first hand smoker). Sebenarnya, seseorang yang merokok itu menghisap asap rokok yang ia bakar sendiri.
- Asap sampingan (sidestream) adalah asap tembakau yang disebarkan ke udara, yang dihirup oleh orang lain atau perokok pasif (second hand smoker).
Asap sampingan memiliki konsentrasi lebih tinggi karena tidak melalui
proses penyaringan yang cukup sehingga penghirup asap sampingan (perokok
pasif) memiliki resiko yang lebih tinggi untuk menderita gangguan
kesehatan akibat rokok, apalagi jika dihirup oleh anak-anak.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di
Lawrence Berkeley national Laboratory
(Detik Health, 18 Maret 2014), ada juga asap yang tidak terlihat oleh
kasat mata, yaitu asap rokok yang menempel dan meninggalkan bahan kimia
atau residu di baju, atap, sofa, gorden, dan tempat lain di dalam rumah.
Jika merokok di luar ruangan atau perokok pasif terpapar asap rokok,
asap rokok bisa menempel di baju dan kulit. Jika merokok di dalam
ruangan, residu bisa menempel di gorden, sofa, atap, bahkan mainan anak.
Orang yang menghisap asap rokok ini dinamakan dengan
third hand smoker.
Kandungan Asap Rokok
Asap rokok mengandung ribuan zat kimia, atau komponen asap yang juga
disebut sebagai emisi asap. Komponen asap yang paling luas dikenal
adalah tar, nikotin, karbon monoksida (CO). Selain zat-zat ini, hingga
saat ini lebih dari 7000 zat kimia telah diketahui terkandung dalam asap
rokok. Dinas Kesehatan Masyarakat telah menggolongkan sekitar 70
komponen asap sebagai kemungkinan penyebab penyakit yang terkait dengan
merokok, seperti kanker paru, penyakit jantung, dan emfisema (
www.sampoerna.com).
Berikut rangkuman penjelasan komponen asap yang bersumber dari
www.sampoerna.com dan U.Z. Mikdar (2006).
- Tar
Tar bukanlah komponen asap yang spesifik, melainkan mengacu kepada
partikel-partikel asap yang terukur dalam metode pengujian mesin.
Partikel-partikel ini terbuat dari banyak komponen asap, termasuk
beberapa komponen yang diyakini oleh otoritas kesehatan masyarakat
sebagai kemungkinan penyebab penyakit terkait-merokok seperti kanker
paru. Tar bersifat karsinogenik atau zat kimia yang menimbulkan kanker.
- Nikotin
Nikotin adalah zat kimia yang terkandung secara alami dalam tanaman
tembakau. Apabila tembakau dibakar, nikotin berpindah ke dalam asap.
Nikotin dikenal oleh otoritas kesehatan masyarakat sebagai zat yang
menimbulkan kecanduan dalam asap tembakau. Partikel nikotin bersifat
adiktif yang dapat meningkatkan penyempitan pembuluh darah koroner dan
dapat menyebabkan jantung berdebar-debar.
- Karbon Monoksida (CO)
Karbon monoksida adalah gas yang terbentuk dalam asap rokok. Gas CO
mengganggu pengangkutan oksigen ke jaringan tubuh dalam sistem peredaran
darah. Karbon monoksida dikenal sebagai penyebab utama penyakit
kardiovaskuler (penyakit jantung) pada perokok.
- Komponen asap lainnya
Ribuan komponen asap lainnya telah diketahui terkandung dalam asap
rokok. Selain nikotin dan karbon monoksida, otoritas kesehatan
masyarakat telah menggolongkan sekitar 70 di antaranya sebagai
kemungkinan penyebab penyakit terkait-merokok. Sebagian dari komponen
ini adalah arsenik, benzena, benzo[a]pirena, logam berat (timbel,
kadmium), hidrogen sianida, dan nitrosamina khusus tembakau. Menurut
U.Z. Mikdar (2006), komponen lain dari asap rokok yang bersifat
karsinogenik, yaitu partikel fenol, partikel hydrazin, partikel toluene,
gas nitrosamina, dan gas formaldehyde. Sedangkan komponen asap rokok
yang bersifat racun, yakni partikel naftalene, partikel benzopyrene, gas
NO
2, gas formaldehyde, gas amonia, gas methana, dan gas HCN.
Dampak Buruk Asap Rokok terhadap Kesehatan Anak
Anak beresiko yang lebih tinggi untuk terkena dampak buruk dari asap
rokok dibandingkan dengan orang dewasa. Anak mempunyai sistem imun dan
alat pernafasan yang masih berkembang dan rentan terhadap berbagai
penyakit. Saluran pernafasan dan paru-paru yang kecil membuat anak lebih
sering bernafas sehingga lebih sering menghirup asap rokok. Anak-anak
telah menjadi perokok pasif dan
third hand smoker dikarenakan
anggota keluarga anak yang merupakan perokok aktif dan atau lingkungan
rumah yang tidak sehat, yaitu banyak perokok aktif.
Akhir-akhir ini, Indonesia dikagetkan dengan anak usia dini yang
sudah menjadi perokok aktif bahkan menjadi perokok berat. Tak lain,
penyebab adalah orang tua atau orang di lingkungannya adalah perokok
pula. Anak yang merupakan peniru ulung dan mempunyai rasa ingin tahu
yang tinggi mulai mencoba merokok dan ketagihan.
Perokok aktif maupun perokok pasif sama-sama beresiko tinggi untuk
terserang berbagai penyakit. Dampak dari asap rokok pun bisa jangka
pendek dan jangka panjang. Toho Cholik dan Rusli Lutan (1997) menyatakan
dampak jangka pendek dari menghirup asap rokok, yakni menderita batuk,
mata pedas, kepala pusing, dan masalah dalam pernafasan hidung. Begitu
juga jika anak terpapar asap rokok (perokok pasif), anak akan menderita
batuk-batuk, mata pedas, dan kepala pusing pula. Jika anak terpapar
lebih banyak asap rokok, anak bisa menderita gangguan dalam pernafasan
hidung. Menurut U.Z. Mikdar (2006), merokok dalam rumah merupakan faktor
sindrom kematian mendadak pada bayi.
Dampak jangka panjang dari asap rokok ini yang lebih membahayakan
karena asap rokok yang dihirup akan menumpuk di dalam tubuh dan
menyebabkan seseorang menderita penyakit yang sangat mematikan. Berikut
dampak jangka panjang rokok bagi anak.
- Gigi keropos
Penelitian yang diterbitkan dalam
Journal of the American Dental Association
menemukan kaitan antara perokok pasif dengan keropos pada gigi susu
anak. Artinya, paparan asap rokok membuat gigi susu anak rentan keropos.
Hal tersebut terjadi karena dipengaruhi oleh mikrobiota pada mulut,
penurunan tingkat vitamin C, penurunan fungsi sistem kekebalan tubuh,
serta produksi saliva yang penting bagi kesehatan mulut (
www.merdeka.com).
- Infeksi telinga
Sebuah studi yang diterbitkan di A
rchives of Pediatric and Adolescent Medicine menambahkan
risiko baru dari asap rokok, yakni infeksi telinga pada anak yang
terpapar asap rokok. Studi pada orang tua perokok menemukan, anak-anak
mereka 1,5 kali lebih mungkin mendapatkan infeksi telinga tengah.
Terutama anak dari ibu yang perokok, dua kali lipat memiliki risiko
infekis telinga tengah (
www.ayahbunda.com). Sampoerna menyatakan dalam artikel di situs
www.sampoerna.com, asap rokok sekunder menyebabkan otitis media atau infeksi telinga tengah.
- ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut)
U.Z. Mikdar (2006) menyatakan bahwa perokok pasif dapat menyebabkan
pneumonia, bronchitis, batuk-batuk, sesak nafas, serta penyakit telinga
pada anak kecil. Tim Penulis Poltekkes Depkes Jakarta I (2010) juga
menambahkan bahwa anak-anak yang orang tuanya merokok akan mengalami
batuk, pilek, dan radang tenggorokan serta penyakit paru-paru yang lebih
tinggi. Berdasarkan penelitian dari Sugihartono dan Nurjazuli (2012),
balita yang tinggal serumah dengan anggota keluarga yang merokok
beresiko 5,743 kali lebih besar menderita pneumonia dibanding dengan
balita yang serumah dengan anggota keluarga yang tidak merokok.
Penelitian tersebut menyebutkan penelitian Heriyana dkk (2005) juga
membuktikan bahwa bayi yang tinggal di dalam rumah dengan anggota
keluarga merokok mempunyai resiko pneumonia 2,348 kali lebih besar
dibanding bayi yang tinggal di dalam rumah yang tidak ada anggota
keluarga yang merokok. Bayi dan anak balita mempunyai risiko yang lebih
besar karena paru-paru bayi dan anak balita lebih kecil dibanding orang
dewasa, sistem kekebalan tubuh mereka belum terbangun sempurna,
akibatnya lebih mudah terkena radang paru-paru.
- Asma
U.Z. Mikdar (2006) menyatakan bahwa perokok pasif dapat menyebabkan dapat memperparah asma. Laporan dari
ASH Research Report
(2011) menyatakan bahwa anak dari keluarga perokok memiliki resiko dua
kali lebih besar menderita asma dibanding anak dari keluarga tidak
perokok. Penelitian dari Ratih Oemiyati dan Qomariah Alwi (2009), faktor
lingkungan yang paling besar pengaruhnya terhadap asma adalah adalah
asap rokok.
- Penebalan dinding pembuluh darah
European Heart Journal (2014) merilis sejumlah peneliti dari
Tasmania, Australia, dan Finlandia mendapati bahwa asap rokok yang
dihirup anak bisa mengakibatkan kerusakan permanen pada arteri anak.
Kerusakan yang terjadi berupa penebalan dinding pembuluh darah yang akan
meningkatkan resiko serangan jantung dan stroke di kemudian hari (
www.bbc.co.uk).
- Penyakit pembuluh darah perifer (PPDP)
Akibat penggumpalan (trombosis) dan pengapuran dinding pembuluh darah
(aterosklerosis), merokok jelas akan merusak pembuluh darah perifer.
PPDP yang melibatkan pembuluh darah arteri dan vena di tungkai bawah
atau tangan sering ditemukan pada dewasa muda perokok berat, biasanya
akan berakhir dengan amputasi (Tim Penulis Poltekkes Depkes Jakarta I,
2010).
- Berbagai kanker
Anak perokok pasif mempunyai resiko 3 kali lebih besar menderita
kanker paru-paru di kemudian hari dibanding anak yang hidup di
lingkungan bebas asap rokok
. The British Medical Association
menemukan bahwa perokok pasif menyebabkan kanker pada anak (khususnya
kanker otak dan limpoma) dan meningitis. Penelitian di Swedia menemukan
orang tua perokok meningkatkan resiko anak menderita beberapa jenis
kanker, seperti kanker paru-paru,
aerodigestive cancer (bibir, mulut, lidah, hidung, tenggorokan, pita suara, dan bagian dari esopagus dan batang tenggorokan) (
ASH Research Report, 2011).
- Emfisema
Emfisema adalah gangguan paru-paru kronis yang dapat menyebabkan kematian. Menurut
ASH Research Report
(2011), anak yang menjadi perokok pasif akan menderita emfisema ketika
dewasa. Penemuan menyatakan bahwa paru-paru tidak bisa menyembuhkan
kembali secara sempurna efek dari paparan asap rokok ketika masih anak.
- Penyakit jantung dan stroke
Merokok menjadi faktor utama penyebab penyakit jantung. Resiko
terjadinya penyakit jantung koroner meningkat 2-4 kali pada perokok
aktif dibanding yang bukan perokok. Resiko ini meningkat dengan
bertambahnya usia dan jumlah rokok yang dihisap. Penelitian menunjukkan
bahwa faktor resiko merokok bekerja secara sinergis dengan faktor-faktor
lain seperti hipertensi dan kadar lemak dalam gula darah yang tinggi
tercetusnya penyakit jantung koroner. Penyumbatan pembuluh darah otak
yang bersifat mendadak atau stroke banyak dikaitkan dengan merokok.
Resiko stroke dan kematian lebih tinggi pada perokok dibanding dengan
yang bukan perokok. Anak di bawah umur yang perokok pasif bisa jadi akan
menderita penyakit jantung dan stroke ketika ia remaja atau dewasa awal
(Tim Penulis Poltekkes Depkes Jakarta I, 2010).
Cara meminimalisir dampak buruk asap rokok terhadap kesehatan anak
Masalah mengenai rokok merupakan masalah yang sangat kompleks. Banyak
pihak yang terlibat jika ingin meminimalisir dampak buruk asap rokok
terhadap kesehatan anak. Namun, yang terpenting adalah peran dari orang
tua dan lingkungan sekitar rumah dalam menciptakan lingkungan sehat agar
anak tumbuh sehat pula.
Berikut hal yang bisa dilakukan oleh orang tua.
- Berhenti merokok
Jika salah satu dari orang tua atau kedua orang tua merokok,
sebaiknya mulai membiasakan diri untuk tidak merokok lagi. Orang tua
sebaiknya paham akan bahayanya rokok dan asapnya. Anak yang melihat
orang tua merokok akan cenderung meniru perilaku orang tuanya yang
merokok karena anak ingin tahu apa yang dilakukan orang tuanya. Untuk
berhenti merokok pelan-pelan bisa dengan menunda menghisap asap rokok
pertama setiap hari sebelumny dan selama 7 hari berturut-turut. Bisa
juga dengan mengurangi jumlah rokok yang dihisap.
- Buat rumah bebas dari asap rokok
Asap rokok masih akan menempel di baju bahkan jika orang tua merokok
di luar rumah. Jika memang tidak bisa berhenti merokok, merokok jauh di
luar rumah. Sebelum memegang anak sebaiknya mandi dan berganti baju.
Apalagi jika merokok di dalam rumah, anak akan menjadi perokok pasif dan
residu rokok akan menempel di berbagai sudut rumah. Akan lebih
berbahaya jika residu menempel pada mainan anak. Jika ada anggota
keluarga yang ingin merokok, beritahu tentang aturan di dalam rumah
untuk tidak merokok sebelumnya.
Berikut yang bisa dilakukan oleh lingkungan sekitar.
- Bekerjasama untuk membuat Kawasan Tanpa Rokok (KTR)
Antar anggota masyarakat sebaiknya sepakat untuk membuat Kawasan
Tanpa Rokok (KTR) agar anak-anak yang tinggal di lingkungan tersebut
tumbuh dengan sehat. Kawasan Tanpa Rokok adalah ruang atau area yang
dinyatakan dilarang untuk kegiatan produksi, penjualan, iklan, promosi
dan atau penggunaan rokok. Masyarakat harus membuat aturan yang tegas
jika ada yang melanggar perlu sanksi, saling mengingatkan, dan konsisten
untuk melaksanakan KTR ini.
- Tanam pohon dan tanaman hias
Bisa juga dengan kegiatan menanam pohon dan tanaman hias agar udara
di lingkungan semakin bersih. Asap rokok dan asap kendaraan bermotor
bisa diserap oleh pohon dan diganti dengan udara yang bersih.
Kesimpulan
Asap rokok dibagi menjadi dua, yaitu asap utama (
mainstream) dan asap sampingan (
sidestream).
Kandungan dalam asap rokok, yakni tar, nikotin, karbon monoksida, dan
komponen asap lain yang bersifat karsinogen dan beracun. Dampak jangka
pendek terpapar asap rokok adalah batuk-batuk, mata pedas, kepala
pusing, dan masalah dalam pernafasan hidung. Sedangkan, dampak jangka
panjang terpapar asap rokok pada anak antara lain gigi keropos, infeksi
telinga, ISPA, asma, penebalan dinding pembuluh darah, penyakit pembuluh
darah perifer (PPDP), emfisema, penyakit jantung dan stroke. Merokok
dalam rumah juga merupakan faktor sindrom kematian mendadak pada bayi.
Kesadaran diri dari orang tua dan masyarakat tentang bahayanya rokok
merupakan hal yang diperlukan untuk menciptakan lingkungan tumbuh
anak-anak bangsa yang bersih dan bebas dari asap rokok.
0 comments:
Post a Comment